Kereta berhenti mendadak disertai dengan tingginya suara teriakan
minta tolong penumpangnya, sebagian penumpang jatuh dari tempat duduknya.
Kepanikan menimpa mereka ketika
gerbong kereta mulai berjalan
sebagian, tak lama kemudian berhenti
dengan tiba-tiba.
Sebuah kereta beberapa waktu yang lalu telah meninggalkan ibukota
Turki Ankara, kemudinya dilepaskan oleh masinis. Setelah melewati satu
terowongan panjang yang membelah salah
gunung tinggi yang menyela jalannya kereta.
Sejumlah jendela mendominasi setiap pijakan kaki kereta, rasa keingintahuan akan misteri berhentinya kereta secara tiba-tiba
telang hilang seperti sinar bulan yang redup. Ada orang-orang yang berlari
menjauh dari kereta ke tempat yang sunyi, kemudian terdengar suara teriakan
tinggi dari seorang perempuan dari salah satu gerbong tidur.
Melompatlah Amir dari kasurnya yang kecil di gerbong
peristirahatan, didapatinya Arif dan Ibrahim Sepupunya telah meninggalkan tempat tidur mereka,
kemudian dia bergegas pergi ke gerbong tempat suara teriakan itu berasal yakni
dari salah satu penumpangnya. Amir memandang kakak perempuannya yang berdiri
tepat di sampingnya. Di tengah-tengah penumpang yang berdesakan di depan salah
satu kamar tidur. Seorang perempuan tua gendut yang terduduk di pintunya sambil
menjelaskan dengan kalimat yang sulit dipahami.
Aliyah:”Perempuan itu berbicara dengan bahasa Turki yang kita
tidak mengerti!”
Amir berpaling ke arah Ibrahim sambil berucap:”terjemahkanlah
wahai sahabatku”.
Telah lama Ibrahim tinggal di Kairo bersama mereka, persahabatan
mereka sangat erat. Karena liburan musim panas mereka pulang ke Istanbul
bersamanya, karena ayahnya Doktor Izat telah bertahun-tahun mengajar Sejarah Islam
di almamaternya.
Ibrahim yang umurnya tidak lebih tua dari Amir tapi lebih tinggi darinya dan badannya kurus, berkata: “Penumpang perempuan itu berkata bahwasannya dia mendapati orang aneh keluar dari kamar tidur saat suaminya tertidur lelap dan mereka mengancamnya dengan menggunakan belati, setelah itu dia menjauh dari kasurnya. Dan dia mengambil mencari sesuatu yang asing yang ada di setiap tempat.
Ibrahim yang umurnya tidak lebih tua dari Amir tapi lebih tinggi darinya dan badannya kurus, berkata: “Penumpang perempuan itu berkata bahwasannya dia mendapati orang aneh keluar dari kamar tidur saat suaminya tertidur lelap dan mereka mengancamnya dengan menggunakan belati, setelah itu dia menjauh dari kasurnya. Dan dia mengambil mencari sesuatu yang asing yang ada di setiap tempat.
Arif menyela: ”Kemudian apa?”
Ibrahim: “Melompatkah laki-laki itu dari jendela, setelah menarik
potongan kabel dan mengikat paksa ke
dinding kemudian meninggalkan kereta.”
Aliyah: “Apa yang dicuri oleh laki-laki itu?”
Pertayaannya dijawab oleh pemuda dengan kulit coklat yang berdiri
disampingnya: “Dia tidak mencuri apapun. Dia menampik perhiasan, perempuan itu pingsan setelah sadar dia melihat
suaminya disekap dan diikat dengan kuat.”
Amir bertanya kepada pemuda kulit coklat: “Apakah anda orang Arab?”
Pemuda kulit coklat itu menguatkan silangan tangannya dan dia
berkata: ”Ya dan kalian juga orang Arab dari Mesir, kita di Iraq mengistimewakan
dialek Mesir dan menyukai orang-orangnya.” Dia berhenti sejenak sebelum
menyelesaikan ucapannya: ”Aku saudaramu orang Iraq Ilaudin, aku sekolah
kedokteran hewan di Universitas Istanbul.”
Anak-anak Mesir itu menerima Alaudin yang berasal dari Iraq, Arif
berkata: ”Aku yakin kamu naik kereta dari negaramu dan tidak seperti kami yang
dari stasiun (Hulb) di Suriah?”
Ilaudin:”Ya aku nak kereta untuk mengawali perjalanan panjangku
dengan transit di Iraq dan Suriah di Selatan Asia dari Turki.”
Amir(Memotong): “Aku datang dari kota Basrah di Iraq.”
Ilaudin(tersenyum): “Kamu baik sekali, orang tuaku adalah pedagang
kurma yang terkenal di Basrah.”
Aliyah (bertanya kepadanya): “Apa kata pencuri kepada perempuan
itu?”
Ilaudin: “Perempuan itu tidak paham apa yang dikatakannya sama
sepertimu.”
Arif: “Berarti pencuri itu bukan orang Turki.”
Ilaudin: “Perempuan itu tidak paham tentang etnis dan tidak paham
akan persoalan yang terjadi berulang kali.”
Suaminya menerima bantuan dari dalam kamar dari seorang dokter yang membantunya berdiri. Maka terlihatlah suaminya yang terlihat mengesankan, postur tubuhnya tinggi cenderung gemuk, kulitnya berwarna pirang, memiliki janggut pendek yang elegan, rambutnya panjang hitam, kedua matanya memberi nilai tambah untuk penampilan yang alami dari segala sesuatu yang terlihat darinya.
Pasangan itu segera berterimakasih kepada sang dokter, dia memberi isyarat dengan tangannya untuk ke luar ruangan dengan ajakan yang sopan, kemudian memperhatikan istrinya, dengan suara yang meninggi dia bercengkrama kepada istrinya dan nada marah sebelum menutup pintu ruangan di depan semua penumpang gerbong.
Ibrahim: ”Laki-laki itu memperingatkan istrinya, dia mengatakan bahwa dia banyak bicara, kalau begitu dia tidak berjumpa dengan orang-orang seperti di perserikatan.”
Amir (terkejut): “Pusat perserikatan! Siapa laki-laki ini?”
Ilaudin: “Dia Hisymat Agha seorang pedagang barang langka dan
permata yang terkenal dan memiliki toko mewah di pasar terbesar di Istanbul,
tidak ada yang berani memasukinya kecuali barang peninggalan yang bagus”.
Ibrahim meninggalkan mereka dan peristiwa yang terjadi di sekeliling mereka demi teh, segelas teh di gerbong makanan yang tersambung dengan kereta, segelas teh dan sepotong kue padat dengan kacang kismis.
Ibrahim meninggalkan mereka dan peristiwa yang terjadi di sekeliling mereka demi teh, segelas teh di gerbong makanan yang tersambung dengan kereta, segelas teh dan sepotong kue padat dengan kacang kismis.
Ilaudin: “Pencuri yang menakjubkan tidak mencuri cincin Hisymat
Agha yang dilapisi Intan di sekelilingnya!”
Amir: “Aku lebih terkejut kepada Hisymat Agha yang seolah-olah dia
tidak melihat pencuri itu dan tidak tau bagaimana perawakannya!”
Ibrahim: “Dia berkata kepada staf keamanan bahwasannya pencuri itu
mendatanginya di kegelapan dengan pukulan di kepala dan menghilangkan
kesadarannya.”
Aliyah: “Mungkin dia sebenarnya tau pencuri itu dan takut
menghadapinya, jika hilang dari orang-orangnya.”
Ilaudin: “Ini pemikiran yang masuk akal sekali.”
Aliyah (melengkapi): “Aku meyakini bahwasannya pencuri itu mencari
sesuatu yang terbatas yang harganya lebih mahal dari cincin intan Hisymat Agha
dan perhiasan istrinya yang gemuk.”
Ilaudin (membenarkan):” Pemikiran ini masuk akal juga.”
Malam telah berganti siang,sinar mentari siang terbit secara berangsur-angsur di sekeliling mereka, maka terlihat dari jendela gerbong pesisir laut yang tenang, kapal-kapal kecil nelayan terombang-ambing di atasnya sejumlah rumah menyebar di atas lahan pasir. Tempat azan dan kubah sebuah masjid terlihat tinggi di antara rumah-rumah itu, Ibrahim menunjuk ke tempat itu sambil berkata “Izmit”.
Ilaudin (membenarkan sambil berkata): “Sebuah kota kecil yang terletak di dekat laut Marmara.”
Ibrahim (memotong): “Pemberhentian
selanjutnya adalah stasiun Haydarpasa di Istanbul, Stasiun ini menjadi stasiun
pemberhentian akhir di benua Asia.”
Ilaudin: “Istanbul terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan
Eropa.”
Ibrahim (melengkapi): “Selat Bosporus yang membatasi antara batas
Asia dan Eropa.”
No comments:
Post a Comment