Bahasa dan Sastra Arab

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Saturday, 29 September 2018

TEKA TEKI HARTA KARUN SULTAN - Pencurian Yang Aneh -



Tiga petualang telah meninggalkan kereta di stasiun Haydarpasa, Ibrahim berjalan bersama Ilaudin menuju pintu keluar di stasiun tua yang luas, pemuda yang dekat dari stasiun Kairo. Adapun Hisymat Agha berjalan dengan  sombong, diikuti oleh istrinya yang pendek gemuk. Seorang laki-laki pendek kurus berlari-lari di depannya membawa koper besar di atas bahunya. Hisymat Agha terhenti langkahnya ketika seorang laki-laki tinggi memblokir jalannya, badannya ramping dia mengenakan pakaian yang sederhana. Dia menunduk berbicara dengan merendahkan kepalanya, dan tidak meninggikan padangannya ke arah Hisymat Agha yang berteriak dengan keras, kemudian laki-laki itu menepi dari jalannya, kemudian Hisymat Agha melanjutkan perjalananya keluar dari stasiun, laki-laki tinggi itu mengikutinya dan sungguh tinggi suara kemarahannya, dia memberikan isyarat dengan tanggannya yang mengepal geram.
Ibrahim (berbisik-bisik): “Laki-laki itu berkata, ini zalim aku bukan orang yang lemah aku menginginkan hakku.”

Orang-oraang memandang ke arah Hisymat Agha, dia menghentikan langkahnya dan mengelilingi seorang laki-laki tinggi yang mengikutinya. Hisymat Agha menenangkan dengan wajah tersenyum tulus, dia berbicara ke pada laki-laki itu dengan tenang di letakkan tangannya di atas bahunya. Kemudian dia kembali berjalan keluar stasiun, menyebrang jalan diikuti oleh istrinya yang gemuk dan laki-laki tinggi seorang pelancong yang mengendarai mobilnya dan beralih ke sebelah selatan tepat di depan selat Bosporus.Tiga petualang itu menyusul Ibrahim dan Ilaudin.

Arif: “Kapal itu sangatlah kecil mengingatkanku kepada kapal feri yang berlalu lalang antara Pelabuhan Port Said dan Pelabuhan Port Fuad.”
Aliyah: “Kapal feri yang berlalu lalang diantara dua pelabuhan melewati terusan Suez.”
Amir: “Hal ini benar, pelabuhan Port Said di Afrika dan pelabuhan Port Fuad di Asia.”
Ilaudin menunjuk ke arah jembatan besi panjang yang berada di sebelah kanannya sembari berkata: “Ini adalah jembatan terpanjang di dunia dan satu-satunya jembatan yang menghubungkan antara dua benua.”
Arif (memotong): “Dua benua itu adalah Asia dan Eropa, dari jembatan itu terlihat lalu lalang kapal-kapal tinggi di bawahnya.”
Ibrahim (tertawa): “Kamu haruslah membayar lima lira Turki atau setara dengan liam qirsh Mesir, jika ingin melewatinya dengan mobil.”
Ilaudin: “Dan tidak membayar apapun ketika mengelewatinya dengan berjalan kaki.”

Di sebelah selatan Asia dari pesisir selat Bosporus, mereka memandang puncak kecil menara Anatolia atau kastil Anatolia yang dibangun oleh Sultan Bayazid ketika memblokade kota Kontatinopel, ketika dia lengser dari tahtanya. Di hadapan menara Anatolia di sebelah selatan Eropa berdiri kastil Rumeliahisar atau menara Rum yang didirikan oleh Sultan Muhammad II di depan benteng pertahanan Konstatinopel ketika memblokadenya selama tujuh hari. Menyerang benteng pertahanannya dengan geranat siang dan malam, puncak kemenangan yang di peroleh setelah perang yang berdarah. Sampai dia mendapat gelar Al-Fatih, kemudian Konstatinopel berganti nama menjadi Istanbul. Ibrahim menunjuk ke sebagian istana kesultanan Utsmaniyah yang berdiri di tepi selat Bosporus, yakni istana Yilzid dan istana Berlerbeyi dan di sebelah selatan terdapat istana Dhulah Bahgjah di hadapannya taman bunga yang besar berada di tengah-tengahnya. Vila-vila kayu kuno, masjid-masjid yang memiliki menara yang menjulang tinggi.

Adapun Hisymat Agha telah letih, ia masuk kedalam mobilnya di tengah-tengah persimpangan selat Bosporus. Seorang laki-laki tinggi acuh tidak mau menjauh sedikitpun dari pintu mobilnya. Kulitnya memerah seperti di pantai Eropa, laki-laki tinggi itu membungkuk, menghujani jari-jari tangannya ke arah jendela mobil. Hisymat Agha  memperhatikannya, tiga petualang itu melihatnya dan dia melambaikan tangannya berpamitan. Sebelum meninggalkan mobil itu, seorang laki-laki Turki yang tinggi itu mengikutinya dengan pandangan marah  sebelum bergegas pergi dengan cepat, kemudian dia bertemu dengan bis (otobis).

Mereka mementingkan keberangkatan yang ada di stasiun terdekat, tiga petualang dan Ibrahim mengucapkan selamat tinggal bagi sahabat kereta mereka Ilaudin, sebelum mereka meninggalkannya dengan taksi ke masjid Sultan Ahmad yang terhubung dengan halamannya yang luas, setelah menyebrangi sebuah jembatan dan naik ke sebuah jalan sempit, sebuah persembahan yang di sertai dengan rumah-rumah kayu kuno yang di hiasi dan di percantik dengan bagian ruangan yang menonjol dalam menit pembangunannya.

Ibrahim: “Istanbul berdiri seperti ibukota Roma yakni Italia di atas tujuh bukit.”
Arif (memotong): “Oman juga seperti itu ibukota Jordan, jika mengatakannya seperti gunung seperti gunung Omman dan gunung Muhajirin.”
Ibrahim menunjuk  sebelah kanannya, seberang sebuah lapangan  ke sekumpulan kubah-kubah tinggi menjulang dengan enam menara penyangganya dan bersambung dengan tempat solat yang seberangnya terdapat taman yang hijau berkilau di tengah-tengahnya terdapat air mancur yang indah.
Ibrahim: “Ini adalah masjid Sultan Ahmad dan biasanya disebut dengan masjid biru, karena cat interiornya didominasi oleh warna biru.”

Di sebelah kirinya terlihat bangunan kuno dengan halaman panjang, warnanya kuning limun pucat yang membedakan kubah yang lebar besar dan empat menaranya dan sekumpulan orang berhenti di pintunya, mereka mengelilingi sejumlah pedagang sovenir.

Ibrahim: “Mereka berjulan sampai ke banguan kuno (Aya Sophia) yang duluanya adalah sebuah gereja tempat perlindungan penduduk Konstatinopel dan jaminannya, ketika ditakhlukkan oleh Sultan Ustmani Muhammad II. Mereka menegaskan bahwasannya itu tempat perlindungan mereka, ketika Sultan menakhlukkannya pintu gerbang yang terkunci di buka, dia meminta ke pada Rohib untuk melanjutkan salatnya tanpa rasa takut, kemudian dia memerintahkan untuk melanjutkan salatnya di rumah masing-masing, dan mereka melaksanakannya dengan sepenuh hati. Sultan meminta salah satu muazin naik ke atas mimbar untuk mengumandangkan azan salat setelah sujud syukur atas kebesaran-Nya.
Arif (memotong): “Aku pernah membaca tentang ayahnya(Murad II) telah lama memblokade kota tapi tidak mungkin untuk ditakhlukkan.”
Aliyah: “Penakhlukannya merupakan harapan  besar yang sudah dari dulu, dan yang pertama memblokade dari wilayah Arab adalah Umawiyah bin Abi Sufyan, mati syahidlah seorang sahabat nabi yang mulia yakni Abu Ayub Al-Ansari ketika penyerangannya.”
Ibrahim: “Di Istanbul sendiri ada masjid yang menggunakan namanya.”
Amir: “Gereja Aya Shopia beralih menjadi sebuah masjid.”
Ibrahim: “Tentu saja, disediakan mimbar, membangun menara masjid, menghapus gambar-gambar berwarna, dinding-dindingnya di cat dengan lapisan cat warna putih kapur.”
Aliyah: “Apakah masjisdnya masih ada?”


No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot