Bahasa dan Sastra Arab

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sunday, 7 October 2018

TEKA TEKI HARTA KARUN SULTAN - Di Museum Topkapi -

source: topkapisarayi.gov.tr

Tiga petualang telah meninggalkan kereta di stasiun Haydarpasa, Ibrahim berjalan bersama Ilaudin menuju pintu keluar di stasiun tua yang luas, pemuda yang dekat dari stasiun Kairo. Adapun Hisymat Agha berjalan dengan  sombong, diikuti oleh istrinya yang pendek gemuk. Seorang laki-laki pendek kurus berlari-lari di depannya membawa koper besar di atas bahunya. Hisymat Agha terhenti langkahnya ketika seorang laki-laki tinggi memblokir jalannya, badannya ramping dia mengenakan pakaian yang sederhana. Dia menunduk berbicara dengan merendahkan kepalanya, dan tidak meninggikan padangannya ke arah Hisymat Agha yang berteriak dengan keras, kemudian laki-laki itu menepi dari jalannya, kemudian Hisymat Agha melanjutkan perjalananya keluar dari stasiun, laki-laki tinggi itu mengikutinya dan sungguh tinggi suara kemarahannya, dia memberikan isyarat dengan tanggannya yang mengepal geram.

Ibrahim (berbisik-bisik): “Laki-laki itu berkata, ini zalim aku bukan orang yang lemah aku menginginkan hakku.”

Orang-orang memandang ke arah Hisymat Agha, dia menghentikan langkahnya dan mengelilingi seorang laki-laki tinggi yang mengikutinya. Hisymat Agha menenangkan dengan wajah tersenyum tulus, dia berbicara ke pada laki-laki itu dengan tenang di letakkan tangannya di atas bahunya. Kemudian dia kembali berjalan keluar stasiun, menyebrang jalan diikuti oleh istrinya yang gemuk dan laki-laki tinggi seorang pelancong yang mengendarai mobilnya dan beralih ke sebelah selatan tepat di depan selat Bosporus.Tiga petualang itu menyusul Ibrahim dan Ilaudin.

Arif: “Kapal itu sangatlah kecil mengingatkanku kepada kapal feri yang berlalu lalang antara Pelabuhan Port Said dan Pelabuhan Port Fuad.”
Aliyah: “Kapal feri yang berlalu lalang diantara dua pelabuhan melewati terusan Suez.”
Amir: “Hal ini benar, pelabuhan Port Said di Afrika dan pelabuhan Port Fuad di Asia.”
Ilaudin menunjuk ke arah jembatan besi panjang yang berada di sebelah kanannya sembari berkata: “Ini adalah jembatan terpanjang di dunia dan satu-satunya jembatan yang menghubungkan antara dua benua.”
Arif (memotong): “Dua benua itu adalah Asia dan Eropa, dari jembatan itu terlihat lalu lalang kapal-kapal tinggi di bawahnya.”
Ibrahim (tertawa): “Kamu haruslah membayar lima lira Turki atau setara dengan liam qirsh Mesir, jika ingin melewatinya dengan mobil.”
Ilaudin: “Dan tidak membayar apapun ketika mengelewatinya dengan berjalan kaki.”

Di sebelah selatan Asia dari pesisir selat Bosporus, mereka memandang puncak kecil menara Anatolia atau kastil Anatolia yang dibangun oleh Sultan Bayazid ketika memblokade kota Konstantinopel, ketika dia lengser dari tahtanya. Di hadapan menara Anatolia di sebelah selatan Eropa berdiri kastil Rumeliahisar atau menara Rum yang didirikan oleh Sultan Muhammad II di depan benteng pertahanan Konstatinopel ketika memblokadenya selama tujuh hari. Menyerang benteng pertahanannya dengan geranat siang dan malam, puncak kemenangan yang di peroleh setelah perang yang berdarah. Sampai dia mendapat gelar Al-Fatih, kemudian Konstatinopel berganti nama menjadi Istanbul. Ibrahim menunjuk ke sebagian istana kesultanan Utsmaniyah yang berdiri di tepi selat Bosporus, yakni istana Yilzid dan istana Berlerbeyi dan di sebelah selatan terdapat istana Dhulah Bahgjah di hadapannya taman bunga yang besar berada di tengah-tengahnya. Vila-vila kayu kuno, masjid-masjid yang memiliki menara yang menjulang tinggi.

Adapun Hisymat Agha telah letih, ia masuk kedalam mobilnya di tengah-tengah persimpangan selat Bosporus. Seorang laki-laki tinggi acuh tidak mau menjauh sedikitpun dari pintu mobilnya. Kulitnya memerah seperti di pantai Eropa, laki-laki tinggi itu membungkuk, menghujani jari-jari tangannya ke arah jendela mobil. Hisymat Agha  memperhatikannya, tiga petualang itu melihatnya dan dia melambaikan tangannya berpamitan. Sebelum meninggalkan mobil itu, seorang laki-laki Turki yang tinggi itu mengikutinya dengan pandangan marah  sebelum bergegas pergi dengan cepat, kemudian dia bertemu dengan bis(otobis).

Mereka mementingkan keberangkatan yang ada di stasiun terdekat, tiga petualang dan Ibrahim mengucapkan selamat tinggal bagi sahabat kereta mereka Ilaudin, sebelum mereka meninggalkannya dengan taksi ke masjid Sultan Ahmad yang terhubung dengan halamannya yang luas, setelah menyebrangi sebuah jembatan dan naik ke sebuah jalan sempit, sebuah persembahan yang di sertai dengan rumah-rumah kayu kuno yang di hiasi dan di percantik dengan bagian ruangan yang menonjol dalam menit pembangunannya.

Ibrahim: “Istanbul berdiri seperti ibukota Roma yakni Italia di atas tujuh bukit.”
Arif (memotong): “Oman juga seperti itu ibukota Jordan, jika mengatakannya seperti gunung seperti gunung Omman dan gunung Muhajirin.”

Ibrahim menunjuk  sebelah kanannya, seberang sebuah lapangan  ke sekumpulan kubah-kubah tinggi menjulang dengan enam menara penyangganya dan bersambung dengan tempat solat yang seberangnya terdapat taman yang hijau berkilau di tengah-tengahnya terdapat air mancur yang indah.

Ibrahim: “Ini adalah masjid Sultan Ahmad dan biasanya disebut dengan masjid biru, karena cat interiornya didominasi oleh warna biru.”

Di sebelah kirinya terlihat bangunan kuno dengan halaman panjang, warnanya kuning limun pucat yang membedakan kubah yang lebar besar dan empat menaranya dan sekumpulan orang berhenti di pintunya, mereka mengelilingi sejumlah pedagang sovenir.

Ibrahim: “Mereka berjulan sampai ke banguan kuno (Aya Sophia) yang duluanya adalah sebuah gereja tempat perlindungan penduduk Konstatinopel dan jaminannya, ketika ditakhlukkan oleh Sultan Ustmani Muhammad II. Mereka menegaskan bahwasannya itu tempat perlindungan mereka, ketika Sultan menakhlukkannya pintu gerbang yang terkunci di buka, dia meminta ke pada Rohib untuk melanjutkan salatnya tanpa rasa takut, kemudian dia memerintahkan untuk melanjutkan salatnya di rumah masing-masing, dan mereka melaksanakannya dengan sepenuh hati. Sultan meminta salah satu muazin naik ke atas mimbar untuk mengumandangkan azan salat setelah sujud syukur atas kebesaran-Nya.

Arif (memotong): “Aku pernah membaca tentang ayahnya(Murad II) telah lama memblokade kota tapi tidak mungkin untuk ditakhlukkan.”
Aliyah: “Penakhlukannya merupakan harapan  besar yang sudah dari dulu, dan yang pertama memblokade dari wilayah Arab adalah Umawiyah bin Abi Sufyan, mati syahidlah seorang sahabat nabi yang mulia yakni Abu Ayub Al-Ansari ketika penyerangannya.”
Ibrahim: “Di Istanbul sendiri ada masjid yang menggunakan namanya.”
Amir: “Gereja Aya Shopia beralih menjadi sebuah masjid.”
Ibrahim: “Tentu saja, disediakan mimbar, membangun menara masjid, menghapus gambar-gambar berwarna, dinding-dindingnya di cat dengan lapisan cat warna putih kapur.”

Pemandu wisata telah menunggu tiga petualang di depan gerbang istana Topkapi yang sangat besar, di tengah-tengah perjalanan ada wisatawan dari Inggris yang datang dia behenti di depan salah satu mobil pariwisata. Sebagian dari mereka berbaris rapi di dekat benteng tinggi Istana.

Tiga petualang dan Ibrahim mendengarkan pemandu wisata, dia berkata sambil menunjuk ke arah gerbang istana:” Ini adalah salah satu pintu dari tujuh pintu istana tiga darinya menghadap ke laut, yang mendominasi di atasnya istana dari atas bukit yang tertinggi dan itu istana dengan periode yang sangat lama, menjadi pusat hukum daulah Ustmaniyah. Orang-orang  yang tinggal di sekitarnya sudah enam ratus tahun lamanya.”

Amir: “Mereka cenderung mengarah ke Istana(yang daulahnya jihad dan berkorban untuk islam).”
Arif: “Bagus, maka Sultan Muhammad II menaklukhkan daulah Bizantium dengan penakhlukkan dan Salim I menggabungkan Syam, Mesir dan Iraq ke wilayah kekuasaannya.”
Aliyah( melengkapi): “Sulaiman Al-Qanuni membebaskan wilayah Afrika dari Spanyol dan mejadikannya sebuah  kekuasaan tertinggi di laut tengah.”

Tiga petualang dan Ibrahim berkeliling di antara sayap-sayap istana yang semuanya dipisahkan oleh taman. Mereka melihat ruang persenjataan, perkumpulan dari senjata unik dan dari berbagai zaman yang berbeda, dan di dalam ruangan yang berdekatan terdapat baju kebesaran dari sebagian Sultan yang di jahit dari emas dan perak, disampinya mendali dan bintang kehormatan yang bertabur emas di dalam lemari kaca dan lautan harta karun berupa perhiasan yang berada khusus di dalah satu ruangan tersendiri. Pagar besi tinggi di bagian sayap istana yang terlarang, yang di dalamnya terdapat bangunan dengan 259 ruangan termasuk dapur-dapur dan kamar mandi-kamar mandinya. Adapun sayap ini digunakan khusus untuk tempat tinggal para Sultan-Sultan. Akan tetapi peninggalan di bagian ini mulai berkurang sampai masuk ke dalam  sayap atau diorama keislaman. Kemudian mereka berhenti tertunduk  di depan mushaf  agung milik Khulafaur Rasyidin yang ketiga yaitu Ustman bin Affan. Di atas lembaran mushaf yang terbuka terdapat darah pemiliknya yang berbudi luhur, mati syahid dengan keridhaan dari Allah untuknya dan dia membaca ayat tentang pengingat kebijaksanaan. Dijelaskan di depan kartu keterangan bahwasannya mushaf mulia pertama yang ditulis dengan khot kufi di atas lembaran-lembaran dari kulit rusa dan di atasnya kotak kaca yang dilapisi oleh tabung kaca kecil yang berisi helaian rambut dari janggut Nabi yang mulia. Mereka melihat kain selimut dari bulu hitam atau mantel yang dihadiahkan ke pada Kaab bi Zuhair dari Nabi karena puisi shalawat dan ucapan selamat kepadanya, dan cincin dari batu akik yang bertuliskan Muhammad Rasulullah dan dia mengirimkannya ke Maququs, penguasa bangsa Qibti di Mesir, di dalamnya ada lapisan emas, mereka melihat sekumpulan pedang peperangan, di setiap pedang terdapat sarung pelindungnya bertahtakan dengan batu-batu mulia, yang membuatnya orang-orang Utsmaniyah dan di katakan di dalam kartu keterangan disampingnya bahwasannya di antaranya terdapat pedang milik Rasulullah yang mulia, pedang milik Umar Ibnu al-Khatab dan yang lainnya milik Khulafa Ar-Rasyidin.

Di tempat lain di sebelah diorama keislaman mereka berhenti di depan pintu kayu kuno milik ka’bah yang mulia dan dua kunci pintunya dari perak dan kerangkanya dari emas dan perak. Selain itu ada potongan kiswah yang mulia yang bordirannya dari benang perak keemasan dan lubang untuk batu hajar aswad dari emas murni, jika ditimbang beratnya mencapai 15 gram. 

Amir (Menyampaikan pemikirannya): “Lubang untuk hajar aswad di sulam dengan benang perak seperti yang kita lihat dan kita kelilingi di Ka’bah yang mulia ketika kita pergi ke Makkah al-Mukarramah.”
Ada pengunjung aneh di hadapann mereka ketika mereka beralih ke arah diorama yang lain. Aliyah menyentuh tangan Amir dan dia berbisik pelan: “Lihat ke penjaga yang berdiri di dekat pintu masuk diorama.”
Amir berhenti sejenak dan dia berkata: “Tidak lihatlah sisi lain akan terlihat papan yang ada di atas lorong yang menunjukkan kafe,” kemudian dia menegaskan”Aku lapar dan haus”.
Ibrahim menawari mereka sembari berkata: “Kalian tamuku”

Tiga petualang menyambut tawarannya, mereka berjalan di tengah-tengah sekumpulan orang menuju ke tangga besi yang memimpin mereka ke balkon yang luas di sepanjang selat Bosporus yang tersebar di sepanjang selat yang ternyata milik brigadir jenderal Namiq bagaimana pertemuan ini

Brigadir Jendral Namiq bertanya kepada mereka, sedari tadi dia mengikuti percakapan dalam diam dan penuh perhatian: “Dimana kalian bertemu laki-laki ini di museum? Bagaimana perwakannya?”
Amir mengambil tindakan dengan deskripsi laki-laki itu dan tempatnya di ruang tamu.
Arif: “Mungkin ini adalah perantara reuni antara Hisymat Agha dengan laki-laki ini  dan mencuri mushaf dari museum!”
Aliyah (melengkapi): “Ini kemungkinan yang menguatkan penyerangan di malam hari terhadap ruangan eksklusif Hisymat Agha di gerbong tidur kereta dan hilangnya pencuri atau sesuatu tentangnya, setelah dia mulai menyelidikinya.”
Briradir Jenderal menggoyangkan kepala: “Kebenaran bersama kalian di setiap perkataan kalian. Aku telah melihat sebuah kemungkinan besar, seorang laki-laki namanya Muhran dia adalah seorang penjaga ruangan tempat dicurinya mushaf yang mulia.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot