Bahasa dan Sastra Arab

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sunday, 21 October 2018

TEKA TEKI HARTA KARUN SULTAN - Pasar Besar 1-


Pasar atap atau Qabli Bazar namanya, pasar kuno yang terkenal yang terdiri dari sekumpulan lapak kecil yang terhitung jumlahnya mungkin lebih dari empat ribu lapak, yang di tutup dengan satu atap dengan pintu-pintu sempit. Berhenti ketika penjaga dari kepolisian lalu lintas mulai keras untuk menutupnya ketika matahari terbenam, setelah itu meniggalkannya perlahan begitu pula dengan pemilik lapak.

Tiga petualang mengelilingi lapak permadani Turki yang terkenal mewah dengan berbagai macam hiasannya yang kemerlap dan berbeda-beda.Kesan kekaguman para petualang yang di perlihatkan kepada pusat oleh-oleh jam tangan dari kulit, kotak kuningan yang diukir dan potongan katapel yang dihias ukiran disetiap lubangnya ada stempel khas Timur yang orisinal, selain itu ada barang-barang tenun bordiran bahannya dari kapas dan rami. Aliyah menunjuk pakaian dari rami yang lembut, ringan yang dihias bordiran dengan benang warna-warni. Menyerupai salah satu bunga yang terikat dengan tanaman yang ada di taman dengan dedaunan hijau segar yang menggantung. Harga pakaian itu murah, dibandingkan dengan rasa kekagumannya membuat para petualang tercengang. Belum selesai berbelanja apa yan diinginkan Amir mengingatkan tujuan awal dari kunjungan ke pasar:”Dimana lapak miliki Hisymat Agha?”
Ibrahim: “Kita sedang di perjalanan menuju ke sana, di jalan khusus tempat lapak barang berharga dan perhiasan.” Terlihat di hadapan mereka etalase kaca yang keseluruhannya dilapisi timah, terlihat indah dengan bentuk yang berbeda-beda dan ditutup dengan potongan sutra berwarna kemerah-merahan dan kebiru-biruan seperempat dari isi kotak ditutupi oleh kain sutra. Di atas tempat duduknya ada kain sutra warna putih.Isinya perhiasan emas putih dan kuning, mendali dengan batu mulia dan berharga pirus biru, batu rubi merah, zamrud hijau, intah putih murni dan emas bersinar yang terlihat seperti air liur walet.
Aliyah berbisik waspada: “Jangan merusak sisi sebelah kanan.”
Amir: “Kenapa?” sambil berbisik.
Aliyah (tertawa):” Perintahnya tidak mengajak untuk berbisik-bisik tapi untuk waspada, agar tidak diperhatikan Muhran yang  berdiri di belakang tiang yang  menghadap lapak Hisymat Agha.”

Tiga petualang dan Ibrahim masuk kedalam lapak besar, memencet bel lembut ketika membuka pintu kaca yang terkunci, seketika itu juga mereka rasakan  udara yang menusuk dari pendingin udara dan mereka menenggelamkan kaki mereka ke dalam pemadani mewah. Pemandangan mereka menyebar ke arah kanan dan kiri, menyelami keagungan dan pesona harta benda yang diperlihatkan.

Seorang perempuan anggun menemui mereka dan menyambut mereka halus dengan bahasa Perancis: “Kalian orang Arab! Kemudian berpaling ke sudut lain ruangan dan berbicara dengan lengkap dia menunjuk sudut tempat duduk Hisymat Agha, duduk di depan meja sembari berkata: “Tuan ada orang Arab.”

Hisymat Agha berdiri  dari tempat duduknya menyambut ketika mereka mendekati mejanya, dia meregangkan tangannya di atas kotak permen elegan yang diletakkan di atas meja di samping vas bunga dan mushaf mulia yang sampulnya dari kertas karton biru dan dihiasi ukiran dengan warna emas. Hisymat Agha menarik tangannya dari kotak perhiasan yang terbuka dan tidak lupa untuk menutupnya kemudian kembali ke tempatnya lagi dia memandang penuh pemeriksaan kepada mereka: “Aku yakin bahwa aku sudah pernah melihat kalian.”
Aliyah: “memang wajah-wajahnya mirip.”
Hisymat menggosok matanya: “Tidak.. tidak, aku ingat dan jangan menipuku, tapi dimana aku melihat kalian? Dimana?”
Tiba-tiba dia menggangguk-anggukkan kepala dan menggoyangkannya perlahan: “Oh... aku sekarang ingat, kereta api....stasiun Haidar Pasha!”
Tiga petualang itu tidak ada alasan untuk menginggkari, Amir: “Kami sampai di Istanbul dengan kereta pagi.”
Hisymat Agha: “Stasiun Haidar Pasha aku ingat dan jangan menipuku,” ujarnya memotong. Dia kembali mencermati dari sudut lain dengan pandangan meneliti kemudian: “Apa yang kalian inginkan?! Aku pikir kalian tidak mampu membeli sesuatu dari lapak ini!” Ujarnya sinis.
Aliyah tertawa: “Aku tidak mengira ketidak kuasaan membeli, tidak memperbolehkan kesepakatan atas menikmati dengan meilhat-lihat lapak sebagai persembahan yang bagus.”
Hisymat Agha kembali ke bangkunya setelah melontarkan kalimat pendek ke pada pramuniaga anggun yang tangannya sedang menunjuk ke arah perhiasan yang diperlihatkan dan pramuniaga itu berkata dengan bahasa Perancis dengan nada dingin: “Kita tidak bisa menentang.”
Ibrahim tersenyum dan berbisik pelan: “Kurang beradab!” Aliyah menimpali sambil berbisik: “Kurang cerdas sedikit.”
Akan tetapi Ibrahim berpaling ke arahnya dan berkata dengan suara lembut: “Hisymat Agha berkata kepadanya dengan bahasa Turki yang mantap.”

Tiga petualang tertawa dan melepaskan ketakjuban mereka tehadap kemewahan yang diperlihatkan. Telpon berbunyi, Hisymat Agha memandangnya kemudian mengangkatnya dan bercakap-cakap dengan bahasa Turki kemudian dengan bahasa Inggris sedikit: “Dengan siapa? “Kemudian terdiam lama. Tiga petualang melihatnya mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya, mukanya menunduk dan memerah. Hisymat Agha meninggalkan bangkunya setelah menerima telfon dan mengembalikan ke tempat asalnya. Kemudian bergegas keluar dengan langkah yang terburu-buru dan pramuniaga menyusul setelah itu akan tetapi dia tidak menggubrisnya dan meninggalkannya diikuti dengan tatapan takjub dari pramuniaga itu.


No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot